Circa, 2019 birthday getaway in Croatia
12 August is always a special day. Untuk sebagian orang ulang tahun bukan untuk dirayakan. Tapi untuk ku, ulang tahun tetap perlu dijadikan hari spesial untuk dirayakan in our own way. Aku lebih suka memaknai hari ulang tahun untuk memberikan special treat untuk diri sendiri karena telah melewati satu tahun dengan sebaik-baiknya dan untuk semangat menjadi pribadi yang lebih baik lagi di satu tahun kedepan. Untuk melakukan kontemplasi di satu tahun sebelumnya dan janjian dengan diri sendiri untuk membuat satu tahun kedepannya menjadi another year that is full of meaningful journey. “Eventho you’re growing up, you should never stop having fun”, riteee? Iya, karena diri sendiri adalah teman terbaik, terima kasih untuk diri sendiri yang tetap semangat menjalani setiap harinya, tetap semangat untuk bisa bermanfaat untuk banyak orang, tetap semangat untuk memanfaatkan sisa waktu yang tuhan kasih untuk mencintai diri sendiri dan tak lelah melakukan self-discovery journey.
Udah wajib banget memulai hari ku dengan bersyukur kepada sang pencipta atas segala karunianya. Hari ini aku memulai rasa syukur dengan nikmatnya nafas yang bisa aku rasakan. Aku bersyukur banget buka mata bisa tinggal ditempat tidur yang nyaman, di apartemen yang ada di pusat kota Jakarta dan dengan hasil keringat sendiri.
Jadi teringat, tahun lalu, aku merayakan ulang tahun di Croatia bareng temen baikku, Emily dan kita tinggal di hotel yang lucu banget tapi karena Agustus adalah yang ter ter ter ter peak buat Croatia, alhasil kita tinggal di dorm yang mixed dan kita bareng dengan dua cowo Australia. Btw aku bakal cerita pengalaman Croatia in another post. Back to yang mungkin ini bisa buat perspective wanita lainnya. Aku bersyukur karena sejak kecil uda dibiasakan to be open minded sama orang tua. Tapi tau perinsip dan batasan. Utamanya kalau yang sering mamah ulang-ulang “Ade, kita jadi manusia harus mewarnai bukan diwarnai” dan aku memaknai ini untuk bisa jadi diri sendiri dan justru memberi warna untuk orang-orang disekitarku. Misalnya, banyak banget yang merasa hijab adalah sebuah hambatan, salah satunya mungkin hambatan untuk menjelajah dunia ciptaan tuhan. Buat aku, ketika aku memutuskan pertama kali di hijab, aku mau jadi warna dan ga membatasi pengembangan diri menjelajah negara-negara dan dilingkupin teman-teman yang mayoritas hampir banyak dari mereka ga beragama atau bertanya-tanya islam itu seperti apa. Banyak sih hal menarik tentang ini tapi kembali ke cerita memulai hari di 12 agustus tahun lalu.
Aku yang pasang alarm jam 4 subuh, niat nya mau diem-diem tahajud dan solat subuh. Biar ga terlalu ganggu alarmnya aku pake suara burung yang merdu kaya dialam. Tiba-tiba Emily half-wake ke bangun, karena dia bird nirdy banget dan kalau mau bird hunting tuh biasanya dia bangun jam 4 subuh emang. Jadi dia kaya bingung sendiri (tepatnya ngomel2 “someone put bird song”) dan aku pura-pura bego aja “ya udah em, tidur lagi aja (sambil matiin alarm)” untung nya nih dua bule cowo Australia yang tidur diatas tempat tidur kita ga kebangun. Aku pun terus pelan-pelan ke kamar mandi, wudhu, solat sambil berdoa bule-bule ini ga bangun dan liat kain putih aka mukena terbang karena lampunya aku matiin. “Abis bersyukur, I want to get the first sunrise dan abis itu self-journaling” dalam hatiku. Untung Emily masih tiduuuur jadi tetep punya me time. Btw, Emily itu sebetulnya temen kerja saat aku kerja di Kantor Regional Secretariat Coral Triangle Initiative dan saat itu Emily lagi dinas ke Manado mewakili kantor nya di NOAA dari Washington DC. Pertama kali liat, uda kagum banget sama wanita cantik nan pintar ini. Lucunya saat pertemuan pertama kali kita di Manado itu, Emily lagi ulang tahun dan karena jauh dari keluarga nya di Amerika aku berinisiatif bikinin surprise dan makan malem di pinggir laut Manado bareng temen-temen kantor. Abis itu kita malah jadi temen baik, mungkin karena satu bidang dan seumuran. Perjalanan Croatia ini juga dia gantian mau merayakan ulang tahunku. Sekarang Emily, memutuskan ga kerja lagi di Pemerintah Amerika, tapi pindah ke Barcelona sama tunangannya. Super sweet ya!
Kembali ke cerita hari ini. Aku bersyukur mamah yang paling ga bisa tidur diatas jam 9 malem rela begadang untuk bisa ucapin ulang tahun tepat pukul 12 malam (karena buat mamah bangun di 1/3 malam wajib hukumnya). Aku bersyukur juga papah yang sekarang lagi di IGD ruang isolasi karena sedang sakit di pagi hari ternyata bela-belain isi pulsa ke Qoyum (penjaga masjid samping rumah yang jaga malem nemenin papah di rumah sakit) untuk ucapin aku ulang tahun. Aku baca pesan papah langsung meneteskan air mata. Tapi bahagia karena meskipun ikhlas karena papah udah sering sakit belakangan ini tapi masih bisa ada untaian doa dan kata-kata buat aku di tahun ini. Aku bersyukur sahabat-sahabat terdekat aku going extra untuk ucapin selamat ulang tahun bahkan Grace bikini video dan sibuk mau cari tempat outdoor makan siang hari ini. Aku juga bersyukur karena mamah papah pun ga pernah protest untuk aku merayakan hari ulang tahun ku. Tentunya dengan pandemic ini terasa lebih berbeda karena zona perjalanan aku pun hanya bisa di Jakarta dan sekitarnya.
Tahun lalu, saat aku menjelang 30 rasanya HOROR banget. Panik panik panik udah 30 tahun. Single and happy. Apa salah? Apa mesti wajib nikah? Tapi belum ketemu yang tepat masa mau dipaksain. Untung banget mamah papah selalu percaya akan hidup itu adalah scenario Allah SWT. Dan tentunya scenario tuhan adalah yang terbaik. Tapi kalau dilihat kebelakang, 1 dekade aku di umur 20 adalah masa-masa menyenangkan dan aku merasa masa muda ku diisi dengan hal positif, penuh adventure, melihat banyak kehidupan di berbagai belahan dunia.
Tapi ternyata, age is just a number. I feel my 30 is just a new 20s with more experiences. Dan kayanya bener kata banyak orang, buat banyak perempuan, the best decade is her 30s, and I feel it. I already feel grateful with the woman I am becoming meskipun this is just the beginning. I know, God always gives me his best plan. And I can’t complain. Makasih ya Allah. Doa ku: Alhamdulillah di decade “20 tahun ku” aku bisa jadi girl that know how to have fun, bisa dapet full support dari mamah papah and tick all her bucket list (ngerasain kuliah di peringkat 10 dunia, dapet beasiswa Chevening, pernah ngerasain kerja di UN Headquarter di New York, tinggal menetap di 3 benua).. ini apa namanya kalau bukan karunia tuhan. In my 30s, doa ku pengen lebih menjadi wanita yang baik, dan semoga juga menjadi istri dan Ibu yang baik yaaa…. AAAAAAMINNNNNN (brb cari dulu teman hidupnya lol). Tapi intinya, sesuai nama yang mamah papah kasih, Kirana (ray of sunshine), aku selalu berharap dimanapun aku berada, Allah kasih kesempatan untuk aku bisa kasih sedikit sinar untuk orang-orang sekitar.
Ok, see you on another post, pengen video call papah dulu. Kaget juga ternyata papah di ruang isolasi pegang hp dan bisa komunikasi…
Di mulai dari hari ini, aku mau rajin sharing lagi tulisan-tulisan aku di blog ini. Semoga ada manfaatnya. Next post, mudah-mudahan lebih berbobot dengan tips atau ilmu yang aku dapat bisa aku bagikan lagi.
Thank youuuuuu all!
With love,
Kirana